Senin, 24 Maret 2014

[Fan Fiction] Love On Air


Love On Air
Wafda S. Dzahabiyya

Seorang pria tampak sibuk berkutat dengan tumpukan buku dan laptop dihadapannya. Kesibukan itu terhenti ketika jam digital di mejanya berbunyi. Pria itu tersenyum, ia melepas kacamatanya sebelum mematikan alarm tersebut. Pandangannya beralih pada laptopnya, dibukanya tab baru pada google chrome dan dimasukannya sebuah alamat. Segera ia pasang headphone ketika laman yang dituju terbuka sempurna. Ia tersenyum saat mendengar musik yang dikenalnya mengalun, ia tepat waktu.

“107.7 FM Sunshine Radio, bright your future! Wah, malam ini cuaca disekitaran studio Sunshine udah mulai hujan. Gimana nih ditempat kamu? Pastinya dengan cuaca seperti ini cocok banget buat kita bergalau-galau ria di CAGUR. Tema galau kita minggu ini, Long Distance Relationship. So, buat kamu yang punya pengalaman LDR langsung aja curhat dan cerita sama Asha dengan cara mention ke @SunshineRadio atau SMS ke 0274-9232541.”

Pria itu kembali tersenyum saat melihat tweet terbaru di home twitternya.
Sunshine Radio 107.7 FM @SunshineRadio
Tepat jam 9, saatnya @ashashi nemenin kamu bergalau ria di #CAGUR! Siapa nih yang punya pengalaman LDR? ;)

Taecyeon Ok @taeccool
@SunshineRadio I don’t like LDR! Telepon mahal, apalagi beda negara begini.
Ia menatap foto seorang gadis di mejanya dan tertawa pelan. Bisa dibayangkan gadisnya itu akan merajuk jika membaca tweet-nya. Pria itu kembali mengenakan kacamatanya dan menekuni pekerjaannya yang tertunda. Sesekali kakinya mengetuk-ngetuk mengikuti irama lagu yang diputarkan. Ia masih serius dengan pekerjaannya sampai sang penyiar membacakan mention yang dikirimnya.

“Hmm, kalau dari namanya, Taecyeon Ok ini bukan orang indonesia kali ya? Mungkin dia orang korea yang pacaran sama orang Indonesia? Duh, Asha sok tahu banget deh.” Terdengar tawa renyah sang penyiar yang selalu bisa membuat pria itu, minimal, ikut tersenyum

“Kalau soal telepon mahal, menurut Asha itu bukan halangan. Sekarang kan udah banyak nih aplikasi yang ada telepon gratis, misalnya kakaotalk atau line. Jadi harusnya ga ada alasan LDR kamu berakhir karena kurang komunikasi, ya ga? Nah, habis ini Asha mau terima curhatan via telepon, yang mau gabung langsung aja telepon ke 0274-9232541.”

Pria itu kembali menatap foto gadisnya. Ia tampak ragu sejenak sebelum akhirnya meraih smartphone disampingnya dan menekan nomor yang sudah dihapalnya di luar kepala.

***

“Sekarang Asha sudah tersambung dengan seseorang di telepon. Hallo, dengan siapa nih?” suara penyiar itu kembali terdengar, kali ini melalui smartphone-nya.

“Taecyeon, Ok Taecyeon.”

“Waah, yang tadi mention itu ya? Katanya telepon mahal, kok malah telepon ke sini bukan telepon pacarnya?”

Pria itu tersenyum. “Pacar saya lagi kerja, ga bisa diganggu.”

“Hmm. Oh ya, kamu beneran orang korea ya?”

Yes, I’m Korean and my girlfriend is Indonesian. Kami bertemu 2 tahun lalu saat dia backpacker ke korea.” Pria itu melirik foto gadisnya dan tersenyum mengingat pertemuan pertama mereka.

“Tapi kayaknya kamu lancar banget bahasa indonesianya?”

“Pacar saya yang mengejarkan banyak hal tentang Indonesia, termasuk bahasanya.”

“Ooh. Kalau boleh tahu, sudah berapa lama nih pacarannya?”

A year. Kami pacaran sejak setahun yang lalu saat saya berkunjung ke Jogja.”

Seriously? That’s not a short time. Ada yang mau disampaikan ga nih untuk pacarnya? Siapa tahu pacarnya dengerin kan ya.”

Naneun neoreul bogoshipeoyo.”

“Artinya apa tuh?”

Pria itu tertawa mendengar nada penasaran dari sang penyiar. “Rahasia.”

“Wah, biar pacarnya aja yang tahu ya?” Penyiar itu ikut tertawa. “Oke deh, thank you buat ceritanya. Annyeong!”

Pria itu meletakkan smartphone-nya kembali. Ditatapnya foto gadisnya dan kembali tertawa pelan. Sekarang sudah pasti gadisnya itu akan merajuk.

***

Pria itu melepas headphone-nya saat sang penyiar mengucapkan salam penutup. Jam digital-nya sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Ia meraih smartphone-nya dan berjalan menuju beranda apartemennya. Dipandanginya suasana malam kota Seoul sambil menunggu sambungan teleponnya dijawab.

“Katanya telepon mahal.” Pria itu tersenyum mendengar sapaan yang diterimanya. Ia bisa membayangkan gadisnya itu tengah cemberut karena ia mengganggu pekerjaannya tadi.

“Hallo! Udah tahu mahal kok malah diem aja?!” Pria itu berbalik dan menyandarkan badannya pada pagar beranda. Ia menengadahkan kepalanya menatap langit dan kembali tersenyum sebelum akhirnya berkata, “Aku kangen kamu.”

Ada jeda yang cukup lama sampai akhirnya terdengar suara dari gadisnya itu. “Aku tahu.”

“Kalau begitu kenapa tadi pura-pura tidak tahu?” terdengar tawa renyah dari seberang sana, tawa yang sama seperti yang didengarnya di radio tadi. Bedanya, tawa ini hanya untuknya.

Naneun neoreul bogoshipeoyo, Asha.”

2 komentar: